Thursday, November 5, 2009

Arti Warna Kabel Kelistrikan Sepeda Motor

Warna kabel motor beda. Susah dimengerti orang awam. Apakah artinya? Padahal oleh pabrikanan dibuat sederhana biar semua orang ngerti.

Dasarnya bermacam-macam kabel itu hanya bermuatan positif (+) atau negatif (-) saja. Tidak ada kabel yang bermuatan banci macam manusia. Jadi memang mudah untuk dimengerti.

Biar nggak linglung, berikut dibeberkan soal panduan arti sejumlah warna kabel di empat pabrikan ternama. Tentu tidak semua. Tapi bagian yang paling mungkin ditangani atau dibuka sendiri. Chuenk

HONDA
Hijau : (-) Masa, berlaku untuk semua negatif
Merah : (+) Aki
Hitam : (+) Kunci kontak
Putih : (+) Alternator pengisian (+) Lampu dekat
Kuning : (+) Arus beban ke saklar lampu
Biru : (+) Lampu jauh
Abu-abu : (+) Flaser
Biru laut : (+) Sein kanan
Oranye : (+) Sein kiri
Coklat : (+) Lampu kota
Hitam-Merah : (+) Spul CDI
Hitam-Putih : (+) Kunci kontak
Hitam–Kuning : (+) Koil
Biru-Kuning : (+) Pulser CDI
Hijau-Kuning : (+) Lampu rem
(Sumber: Sarwono Edi, Staf Divisi Teknik, PT Astra Honda Motor)

KAWASAKI
Hitam-Kuning : (-) Masa
Putih-Merah : (+) Aki
Merah-Hitam : (+) Lampu depan jauh/dim
Merah-kuning : (+) Lampu depan dekat
Abu-abu : (+) Sein kanan
Hijau : (+) Sein kiri
Biru : (+) Lampu rem
Merah : (+) Lampu belakang
Coklat : (+) Klakson
(Sumber: Freddyanto Basuki, Service Department Marketing Division, PT Kawasaki Motor Indonesia. Buku Panduan Sepeda Motor Kawasaki)

SUZUKI
Hitam-Putih : (-) Massa, berlaku untuk semua negatif
Putih-Merah : (+) Pengisian dari magnet
Kuning-putih : (+) Untuk ke penerangan
Merah : (+) Aki
Oranye : (+) Kunci kontak
Abu-abu : (+) Lampu belakang
Putih-Hitam : (+) Lampu rem
Hijau muda : (+) Sein kanan
Hitam : (+) Sein kiri
Kuning-putih : (+) Lampu depan
Putih–Biru : (+) Koil ke CDI
Biru-Kuning : (+) Pulser ke CDI
(Sumber : Pendi Suryanda, Supervisor Training Instruktur Senior Roda Dua PT Indomobil Niaga International)

YAMAHA
Hitam : (-) Masa, berlaku untuk semua negatif
Merah : (+) Arus positif dari Aki
Kuning : (+) Lampu depan jauh
Hijau : (+) Lampu depan dekat
Coklat : (+) Sein kiri
Hijau : (+) Arus beban (penerangan dll)
Putih-Merah : (+) Pulser CDI
Hijau-Hitam : (+) Rem

Wednesday, May 27, 2009

Perawatan Kopling Diafragma Honda Blade




























Buat pemilik Honda Blade, Revo 110, dan Yamaha Vega ZR, sebagai informasi, kopling pegas diafragma bukan pakai per spiral seperti terlihat pada rumah kopling generasi sebelumnya. Namun, pegas itu dari lempengan pelat baja dengan bentuk lingkar dalam melengkung.

Boleh dibilang, teknologi ini masuk kategori lawas dan dipopulerkan kembali oleh dua merek sekaligus. Hanya, ada anggapan kalau kopling model per diafragma kurang kuat dan susah perawatannya, bahkan untuk mencari per aftermarket atau ingin meningkatkan performa, hal itu termasuk paling sulit.

"Kalau soal perawatan, baik kopling per spiral, maupun diafragma sama saja caranya sebab kemampuannya tergantung dari ketebalan dan kinerja kampas dan pelat kopling itu sendiri," ungkap Haryadi Wijaya, Technical Support Division PT Astra Honda Motor (AHM).

Akan tetapi, kalau dibilang tidak kuat dibanding per spiral, menurut Haryadi, hal itu salah. Justru, menggunakan per diafragma, daya cengkeram kampas dengan pelat kopling makin sempurna. Hal ini karena pegas mirip piring kecil, lebih halus dan rata menekan dibanding hanya bertumpu pada bagian ke-4 dan ke-6 per spiral.

Selain itu, kopling sistem ini mampu mengurangi gesek dan memperingan putaran kopling karena kampas hanya tiga lembar sehingga tidak menimbulkan banyak gejala selip. Wajar bila sistem diafragma lebih smooth karena karet peredam entakan yang dipasang antara gigi sekunder dan rumah kopling lebih banyak.

"Otomatis, pakai kopling sistem ini bukan cuma harga motor dan part yang jadi murah. Daya tahan kampas dan pelat kopling pun jauh lebih awet dibanding per kopling spiral," imbuh Haryadi.

Walau tahan lebih lama, untuk mengetahui, apakah kemampuan kampas dan pelat sudah mulai turun, caranya tidak jauh beda. Diukur dengan menggunakan sigmat atau merasakan turunnya tenaga motor saat jalan.

Namun, sebelum memvonis itu, ada baiknya lakukan seting ulang stut kopling. Setelannya ada di bak kopling. Caranya, sama dengan bebek pakai per spiral.

Cukup kendurkan mur pengunci baut setelah kopling pakai kunci ring 14 ke kiri. Terus putar baut penyetel ke kanan (searah jarum jam) hingga terasa ada sentuhan. Lalu, putar kembali ke kiri hingga mentok sampai terasa dan berhenti. Baru, putar kembali baut penyetel ke kanan sebanyak 1/4-1/8 putaran dan kencangkan mur pengunci.

"Andai baut penyetel sudah di-setting sesuai petunjuk, tetapi tidak ada perubahan, artinya pegas diafragma mulai lemah dan sudah waktunya diganti," ujar Haryadi. (Eka)


sumber : http://otomotif.kompas.com

Monday, September 29, 2008

Engine Classifications

There are many different types of internal combustion engines. They can be classified by:

  1. Application : Automobile, truck, locomotive, light aircraft, marine, portable power system, power generation.
  2. Basic engine design : Reciprocating engine (in turn subdivided by arrangement of cylinder: e.g.,in-line, V, radial, opposed), rotary engines (Wankel and other geometris)
  3. Working cycle. Four stroke cycle: naturally aspirated (admitting atmospheric air), supercharged (admitting precompressed fresh mixture), and turbocharged (admitting fresh mixture compressed in a compressor driven by an exhaust turbine), two stroke cycle: crankcase scavenged, supercharged, and turbocharged.
  4. Valve or port design and location. Overhead (or I-head) valves, underhead (or L-head) valves, rotary valves, cross-scavenged porting (inlet and exhaust ports on opposite sides of cylinder at one end), loop-scavenged porting (inlet and exhaust ports on same side of cylinder at one end), through or uniflow scavenged (inlet and exhaust ports or valves at different ends of cylinder).
  5. Fuel. Gasoline (or petrol), fuel oil (or diesel fuel), natural gas, liquid petroleum gas, alcohols (methanol, ethanol), hydrogen, dual fuel. 
  6. Method of mixture preparation. Carburetion, fuel injection into the intake ports or intake manifold, fuel injection into the engine cylinder.
  7. Method of ignition. Spark ignition (in conventional engines where the mixture is uniform and in stratified-charge engines where the mixture is non-uniform), compression ignition (in conventional diesels, as well as ignition in gas engines by pilot injection of fuel oil).
  8. Combustion chamber design. Open chamber (many designs: e.g., disc, wedge, hemisphere, bowl-in-piston), divided chamber (small and large auxiliary chambers; many designs: e.g., swirl chambers, prechambers).
  9. Method of load control. Throttling of fuel and air flow together so mixture composition is essentially unchanged, control of fuel flow alone, a combination of these. 
  10. Method of cooling. Water cooled, air cooled, uncooled (other than by natural 
    convection and radiation)